Bab 53
Bab 53 Aku Adalah Tuan Ardika
Sebelumnya, Novi melihat Desi berdiri di depan hotel dengan gugup dan tidak berani masuk.
Jadi, dia yakin kalau Desi hanya berpura–pura kaya.
Novi memalingkan wajahnya dengan ekspresi bangga, kemudian berkata kepada menantunya, Remon, masuk dan bayar depositnya. Nggak ada gunanya bertengkar dengan orang yang nggak berani masuk ke hotel seperti mereka. Ckck. Di dunia ini, uang memang adalah segalanya.” Content bel0ngs to Nôvel(D)r/a/ma.Org.
“Baiklah, aku akan segera memesan tempatnya.”
Remon tidak melihat Ardika atau Desi, tapi langsung masuk ke dalam hotel.
“Desi, kami masuk dulu.”
Novi berjalan masuk dengan sombong.
Desi dibuat kesal oleh gaya Novi yang sombong itu. Dia pun menarik Ardika sambil berkata, ”
Menantu, ayo masuk dan pesan tempatnya. Kita pesan yang 40 juta.”
“Baik.”
Ardika membawa Desi masuk ke dalam hotel.
Di depannya, Novi dan keluarganya sudah memanggil pelayan hotel.
Remon berkata, “Tadi pagi kami sudah datang melihatnya, kami ingin memesan Hall Rezeki untuk besok. Hallnya masih belum dipesan, “kan?”
“Betul, Tuan Remon. Besok Hall Rezeki masih kosong. Harga per meja 20 juta, minuman terpisah,”
ucap pelayan dengan sopan.
“Nggak perlu basa–basi, langsung bayar penuh di depan. Gesek kartunya.”
Remon mengeluarkan satu kartu bank dengan sombong, pelayan hotel juga segera menggesek
kartunya.
“Haha Menantuku memang hebat. 20 juta per meja, langsung dibayar tanpa ragu.”
Novi tampak sangat gembira. Dia berkata kepada anaknya, Yunita Piero, “Yunita, kamu benar- benar menemukan suami yang baik. Hehe, memangnya anak Desi bisa menemukan menantu
seperti Remon?”
“Bu, kenapa kamu membandingkan mereka? Kamu nggak tahu, “kan? Suaminya itu adalah seorang idiot yang baru sembuh. Kalau nggak salah, namanya Ardika. Seluruh orang Kota Banyuli juga tahu.”
13
Yunita memiliki sifat yang sama seperti ibunya. Dia juga berkata dengan hina, “Jangankan menghasilkan uang, mereka sekeluarga malah harus menghidupi menantunya itu. Dia nggak ada apa–apanya kalau dibandingkan dengan Remon.”
“Hah? Ada hal seperti itu?”
Novi semakin senang. Saat ini, dia melihat Desi mengikuti mereka masuk dari belakang.
Seketika, dia kembali menyindir Desi lagi, “Desi, kenapa kalian ikut masuk? Kalian ingin melihat
ruangan 20 juta per meja semewah apa ya?”
“20 juta per meja, kamu masih berani pamer?”
Setelah mendengus dingin, Desi pun berkata kepada pelayan hotel, “Halo, aku mau reservasi Hall Utopia untuk besok. Yang harganya 40 juta per meja.”
Tadi pagi, Desi sudah melihatnya dan tahu bahwa Hall Utopia masih kosong.
“Uh
Novi sekeluarga pun tertegun
Desi ternyata mau memesan Hall Utopia dengan harga 40 juta per meja.
Melihat ekspresi Desi yang percaya diri, mereka juga tidak yakin benar atau tidak.
Pada saat ini, pelayan hotel berkata, “Maaf Bu, Hall Utopia sudah dipesan oleh Tuan Ardika besok.
Di papan pengumuman sudah tertulis, Anda bisa memesan untuk lusa.”
“Hall Utopia sudah dipesan?”
Desi terkejut. Ketika dia masuk, dia tidak sempat melihat papan pengumuman.
Novi pun tertawa.
“Haha Desi, aku masih penasaran kenapa kamu bisa jadi kaya? Ternyata Hall Utopia sudah dipesan, makanya kamu berkata seperti itu, “kan? Kamu ingin berlagak punya uang, tapi sebenarnya masih miskin. Jadi, kamu menggunakan cara bodoh seperti ini.“
“Di Hotel Puritama, hanya Hall Utopia yang punya meja seharga 40 juta. Kalau sudah dipesan, ya pasti nggak ada lagi. Dengan begitu, kamu nggak usah buktikan kepada kami lagi. Tujuanmu pun sudah tercapai.”
Remon, Yunita dan yang lain juga ikut tertawa.
Benar–benar konyol.
Untuk seorang wanita paruh baya, dia malah melakukan sesuatu yang begitu konyol.
Ekspresi Desi langsung berubah menjadi jelek karena merasa malu.
Pada saat ini, Ardika berjalan ke hadapan pelayan itu.
“Aku adalah Tuan Ardika yang kamu sebut.*
Ucapan itu menarik perhatian Novi sekeluarga.
Bab 54 Menampar Remon