Bab 90
Bab 90
Bab 90
Wilson kebingungan karena mendadak di puji oleh Asta, dia pun meninggalkan kantor Presiden Direktur dan kembali untuk bekerja di meja kerjanya.
Asta bangkit perlahan dan berjalan ke jendela untuk melihat langit dengan cahaya matahari yang akan terbenam.
Pancaran cahaya matahari yang berwarna jingga itu jatuh di tubuh pria itu, membuatnya yang terbalut dalam kemeja putih itu tampak lebih elegan dan keren.
Dia menghubungi nomor Samara.
“Tutt......”
Telepon tersambung dengan cepat, dan suara Samara yang nyaring pun terdengar.
“Halo.”
“Ini saya, Asta.”
Sambungan telepon tiba–tiba menjadi hening, seolah menunggunya untuk berbicara terlebih dahulu.
“Apakah kamu ada waktu malam ini? Saya ingin bertemu denganmu, Oliver dan Olivia akan segera berulang tahun, saya ingin membahas denganmu...”
“Malam ini tidak ada waktu.” Samara menolaknya dengan baik.
“Besok?”
“Besok juga tidak ada waktu.”
“Lusa?”
“Tidak ada juga.”
Asta sepertinya sudah kehilangan kesabarannya, alisnya terangkat, lalu bertanya: “Baiklah, kalau begitu beritahu saya, kapan kamu punya waktu? Saya akan menyesuaikan waktu denganmu.”
“Saya tidak nyaman bertemu denganmu.” Samara sedang duduk di rumah, dan tangannya sedang melambaikan cek itu saat mengatakannya: “Atau bisa di bilang, selanjutnya kita jangan bertemu
lagi, ya? Kamu bisa membahas Oliver dan Olivia denganku melalui telepon ataupun email.”
Begitu mendengar ucapan itu, ekspresi Asta tiba–tiba menggelap.
Jari tangan yang memegang ponsel itu mengepal erat, hingga tangannya menjadi putih pucat, dan urat berwarna biru tampak jelas di punggung tangannya.
“Apa kamu tahu dengan apa yang kamu katakan?” nadia kemarahan tersirat dari pertanyaan pria itu.
“Tahu.”
Samara meletakkan cek di atas meja kopi dan memeluk kakinya dengan crat, terpancar sedikit rasa dingin di matanya yang bulat. Text content © NôvelDrama.Org.
Bahkan tanpa cek sebesar sepuluh miliar dari Samantha, dia dan Asta... memang sebaiknya tidak saling bertemu lagi.
Dia memang memiliki Oliver dan Olivia.
Memang benar, Samantha bisa keluar masuk dari kediaman Costan.
Dan memang benar juga, clia mengiranya sebagai Samantha dan menciumnya dengan ganas.
Presiden Direktur yang dingin dan tegas macam apa, dia kira dia sudah sangat hebat?
Meskipun dia sendiri juga tidak tahu mengapa dia mengenakan topeng wajah, tapi pria ini masih saja mendekatinya seperti ini.
Sekarang dia sama sekali tidak ingin masuk ke dalam pusaran perasaan, terutama... yang berhubungan antara Asta dan Samantha.
“Samara, kamu tidak tahu.”
Samara tersenyum sinis dan berkata perlahan: “Mengapa saya tidak tahu? Saya hanya tidak ingin bertemu saja.”
“Alasan.” Alis mata Asta terangkat dengan ekspresinya dingin.
Alasan?
Samara melirik cek itu, ada sebuah kebahagiaan di atas kemalangan orang lain di matanya.
“Samantha telah mencariku, dia berkata jika saya tidak bertemu denganmu, dia akan memberiku sepuluh miliar.” Samara berakting santai dan mengangkat suduh mulutnya: “Asalkan saya tidak bertemu denganmu, saya akan mendapatkan bayaran sebesar sepuluh miliar, betapa bagusnya ini!
Saat itu, saya telah menandatangi perjanjian dan menerima cek sebesar sepuluh miliar dari Samantha.”
Dia memang menerima uang dari Samantha, namun dia tidak berkewajiban untuk membantunya menjaga rahasia ini.
Adapun mengenai...
Apa yang dipikirkan Asta tentang Samantha, sama sekali bukan urusannya,
Ada keheningan untuk waktu yang lama di telepon.
Setelah waktu yang lama, terdengar suara seorang pria yang rendah di telepon.
“Samara, apakah di hati, saya hanya bernilai sepuluh miliar?”
Samara tercengang, namun dia tetap menjawab dengan tegas: “Ya.”
“Saya adalah kepala keluarga Costan dan Direktur Grup Costan, sejak kapan pendanganmu menjadi begitu sempit?” Asta bertanya dengan lembut.
Mendengar perkataan itu, jantung Samara pun berdetak kencang.
Di saat ini......
Samara sangat beruntung karena berada di seberang telepon, jika tidak, maka Asta pasti bisa melihat pandangannya yang kacau.
“Asta, semuanya sudah terlambut sekarang.” Samara menggigit bibirnya dan berkata, “Saya telah menerima uangnya dan menandatangani perjanjian, jadi saya tidak bisa melanggar perjanjian.”
Previous Chapter Next Chapter