Bab 54
Bab 54
Bab 54
Detak nadi Firman beifluktuasi, tidak teratur. This content belongs to Nô/velDra/ma.Org .
kondisi nadi seperti ini sudah jelas telah terkena racun, dan bukan hanya terdapat I jenis racun.
Tubuh pria lua ini terdapat berbagai jenis racun, menggerogoti organ tubuhnya, sehingga menyebabkan dia tak sadarkan diri.
Jenis racun yang berbeda, menandakan bukan hanya satu orang yang meracuninya.
Samara merenung tentang hal menakutkan ini, bagaimanapun juga Firman adalah kepala keluarga Gandhi, berapa banyak keparat yang berada disisinya, sehingga menyebabkan dia diracuni oleh berbagai jenis racun.
Jika bukan karena Oscar mengundangnya memeriksa kondisi Firman, mungkin nyawanya hanya bertahan setengah bulan saja.
Samara mengeluarkan satu set jarum dari tas selempangnya, ketika dibuka terdapat puluhan jarum yang mengeluarkan sinar dingin.
Dia membuka pakaian Firman, tangannya yang putih mengambil sebatang jarum dan menusuk ke sebuah titik di darah perut Firman.
Prioritas utamanya…adalah memaksa keluar racun-racun itu dari dalam tubuh Firman.
Hanya dengan mengeluarkan semua racun itu, Firman baru memiliki kesempatan untuk sembuh
Jarum terakhir belum sempat ditusuk ke titik kedua alis Firman, lengannya dicengkeram mendadak oleh seorang yang bertenaga.
Sama kali tidak bisa bergerak sedikitpun.
– Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan pada hakekku?
Samana melirik sebentar lengannya yang ditenkeran, matanya menatap leka-lekat pada orang
Prahu mengenakan kemeja putih keparang hitamata berpinxir emas tetengger di hidungnya, leb amda tidak dapat menyembunyikan sinar tujuan yang terpancar dari matanya
wajahnya
Akkup mengelakkan ketampanan para idol dari kalangan selebriti
Pria di hadapannya ini memang rupawan, tapi dina kenting seperti ini, Samara bukanlah orang yang terlena dengan penampilan bagus
“Saya adalah dokter, tujuanku ke sini untuk menyelamatkan orang”
Jonas Gandhi tidak bermaksud melonggarkan cengkeramannya, berkala dingin: “Belum tentu.”
“Belum tentu?” Samara menyipitkan matanya berkata kesi “hakemu hampir menemui ajal. jika saya tidak turun tangan, dia pasti meninggal.”
“Mengapa saya harus percaya padamu? Jika terjadi sesuatu pada hakekku, dibayar dengan nyawamu juga tidak cukup.”
“Saya tidak ingin mendengar omong kosongmu, lepaskan!”
“Tidak mungkin.”
Mereka berdua diam-diam beradu tenaga, tetapi tenaga Samara tidak mungkin bisa menandingi Jonas.
Melihat detik-detik terakhir penusukan jarum terakhir terganggu, Samara menggigit bibir kuat kuat.
“Kamu tahu berapa banyak jenis racun yang terdapat didalam tubuh hakemu?”
“Empat jenis! Yang berarti di sisinya paling sedikit ada empat orang yang meracuninya!”
“Kamu bisa menjamin dokter yang menanganinya sekarang ini bukan diundang oleh orang yang menginginkan kematiannya?”
“Jika saya ingin mencelakai Tuan Gandhi, untuk apa saya repot-repot melakukan akupunktur, bukanlah lebih efektif jika saya masuk dan langsung menusuknya dengan pisau!”
Talapan Jonas jatuh pada wanita yang muncul di kamar kakeknya.
Wajahnya penuh dengan bintik-bintik, hidung pesek dan berbibir tebal, tetapi matanya memancarkan bersinar cemerlang
Sinar matanya tegas, suci bagi siapa pun.
Jonas tumbuh besar di lingkungan keluarga Gandhi yang rumit, sudah terbiasa dengan intrik di tengah perseteruan, jangan terlalu mudah percaya pada orang lain, tetapi ketika mata mereka beradu, dia tidak dapat memaluan diri untuk memercayai perkataan wanita yang bahkan nama pun tidak diketahuiny…
“Saya..ya bin memercayaimu?”
“Kamu ada pilihan lain selain memercayaiku? Somara menggelakkan gigi berkata: “Nyawanya dipertaruhkan, Wya tidak akan bercanda tentang hal ini.”
Jonas melonggarkan tangan Samara, yang langsung segera mengangkat jarum akupunktur dan menusukkannya ke titik tengah diantara alis.
Tusukan ini…
Membuat hati Samara yang tegang langsung menjadi santai.
Tangannya masih tetap berada di pergelangan orang tua, merasakan perubahan kondisi nadinya.
Pada saat bersamaan dari luar terdengar suara langkah kaki, pintu kamar dibuka dengan kasar, sekumpulan orang berpakaian glamor memasuki kamar.
Melihat wajah asing, seorang pria berambut klimis, dengan sebatang cerutu tergantung dimulutnya segera berseru dingin: “Siapa wanita ini? Mengapa dia bisa berada disini?”