Bab 646
Bab 646 Ungkap Jati Dirinya
“Ardika si bajingan ini, beraninya dia begitu sombong? Ternyata dia bergantung padat Keluarga Septio dari Provinsi Aste!”
Kendy berteriak dengan marah.
Banyak orang di Keluarga Mahasura sangat marah hingga menggertakkan gigi.
Mereka semua berkoar–koar untuk pergi ke Kota Banyuli dan membunuh Ardika.
Abraham berkata dengan wajah muram, “Keluarga Septio selalu suka menghasilkan banyak. uang dalam diam. Ini adalah gaya mereka untuk berinvestasi di perusahaani Luna dan menggunakan nama wanita ini untuk mendapatkan posisi di Kota Banyuli.”
“Kudengar keluarga kaya juga mengumpulkan dana dan bersiap memasuki pasar.”
“Sekarang Kota Banyuli benar–benar makmur dan semua orang ingin mendapatkan bagiannya!”
Setelah menyebut hal ini, dia mendengus dingin, “Sekarang fokus utama Keluarga Mahasura masih membangun reputasi di Kota Banyuli.”
“Kita harus memanfaatkan keunggulan lapangan kandang untuk mendapatkan keuntungan sebesar mungkin.”
Artinya adalah tidak perlu fokus pada Ardika untuk saat ini.
Setelah perang divisi selesai, masih belum terlambat untuk membereskannya.
“Meski begitu, kita nggak bisa membiarkan bajingan itu hidup terlalu nyaman!”
“Benar, sekarang Ardika membeli Grup Hatari dan kabarnya sudah menyebar di Kota Banyuli. Menantu Keluarga Basagita yang nggak berguna tiba–tiba melakukan sesuat vang mengejutkan!”
“Mungkin keluarga Septio sengaja menggunakan Ardika untuk mengalihkan perhatian kita!”
Anggota inti Keluarga Mahasura menyahut satu per satu.
Mereka bisa terima kalau mengampuni nyawa Ardika untuk saat ini.
Akan tetapi, Ardika menjadi pusat perhatian dan mereka sangat membencinya.
Dendam Ardika terhadap Keluarga Mahasura sudah diketahui semua orang.
Orang ini memiliki ketenaran yang tidak terbatas, tetapi ini jelas menampar muka Keluarga
Mahasura.
“Kalau begitu, sebarkan berita kalau Ardika adalah pesuruh Keluarga Septio dan ungkap jati
+IS BONUS
dirinya!”
Kendy berkata sambil menggertakkan gigi.
Adapun siapa yang paling membenci Ardika, itu pasti dia.
“Apakah ini akan menyinggung Keluarga Septio?”
Ada yang khawatir.
Kendy mendengus keras, “Keluarga Septio berani menggunakan Ardika untuk menampar muka Keluarga Mahasura. Kalau kita nggak melawan, mana reputasi kita sebagai keluarga kaya?”
“Lagi pula, kamu terlalu menganggap tinggi bajingan itu. Apa menurutmu Keluarga Septio peduli dengan hidup dan mati seorang pecundang?”
Semua orang setuju.
Pada akhirnya, Abraham membuat keputusan untuk menyebarkan berita tersebut.
Hajar Ardika sampai mati sebelum mengungkapkan identitas aslinya.
Keluarga Mahasura memiliki fondasi yang kuat di Kota Banyuli.
Dalam semalam, berita itu menyebar ke seluruh Kota Banyuli. Material © of NôvelDrama.Org.
Baru pada saat itulah orang–orang menyadari Keluarga Septio dari Provinsi Aste–lah yang menghabiskan 10 triliun untuk membeli Grup Hatari
Sementara Ardika.
Pecundang tetaplah pecundang.
“Kak Luna, Kak Ardika, sudah hampir waktunya makan siang dan kalian baru saja kembali!”
Vila Cakrawala.
Melihat Maserati kembali, Futari bergegas berlari dari danau untuk menyapa.
Gadis itu mengenakan pakaian olahraga dan berkeringat karena berlari.
Wajah cantiknya memerah.
Begitu muda dan cantik.
“Futari, untuk apa kamu terus menatapku?”
Luna keluar dari mobil dan merasa tidak nyaman dengan Futari yang terus mengamatinya.
“Hehe, aku merasa kamu sudah berubah dan semakin cantik. Apakah kekuatan cinta begitu besar?”
Futari tersenyum, sepasang matanya yang bulat dan cerdas berkilat dengan licik. Dia merasa sepupunya tampak lebih berseri–seri setelah satu malam.
“Berhenti bicara omong kosong!”
Luna tersipu dan memelototinya.
“Futari, kalau kamu menindas sepupumu lagi, aku nggak akan meminta tanda tangan Dewa Perang yang kamu mau.”
Ardika memarkir mobil dan berjalan mendekat.
“Cih, aku hanya bercanda dengan Kak Ardika. Apa kamu kira Dewa Perang akan memberi tanda tangan pada orang lain?”
Futari memutar matanya ke arah Ardika dan berkata dengan penuh simpati, “Kak Ardika, kamu harus memikirkan bagaimana cara melewati rintangan ini.”
“Ada apa?”
Ardika masuk ke kamar dengan Luna bingung.
Kemudian dia melihat Desi melipat tangannya dengan wajah terkulai dan menatapnya dengan dingin.
Amarah di matanya terlihat semakin kuat.